Uncategorized

We Can Live Without You (1/2)

We Can Live Without You

image

Author.  : L~Cho
Cast.    : Cho Kyuhyun >< Jian Cho.
Genre.   : Sad, angst, family.
Leght.   : Twoshoot.

Hello..!
I'm back with my new story, requested from Indri Amanda 🙂
I'm sorry if my story did not like your expected.
The last I say, happy reading 🙂

******
Suasana malam tahun baru di pusat kota Seoul sangat meriah, suara percikan kembang api menghiasi langit malam kota. Suhu dingin tak dihiraukan karena seluruh masyarakat yang melihat perhelatan Akbar malam tahun baru terbuai oleh euforia kemeriahan. Suara terompet terdengar dari seluruh pelosok kota, Dari mulai anak-anak dan orang tua turut memeriahkan perayaan tahunan tersebut.

Ku eratkan mantel bulu yang melekat pada tubuhku dan putri mungilku yang berusia tujuh bulan, Lauren. Malam ini kami tengah menyaksikan kemeriahan pesta tahun baru di pusat kota Seoul. Tahun 2015 ini merupakan awal tahun dimana aku memulai kesendirianku setelah memutuskan tali pernikahanku bersama suamiku.

Kami memutuskan untuk berpisah karena memang tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dalam rumah tangga kami. Sebuah pernikahan yang tidak dilandasi sebuah kepercayaan dan kejujuran didalamnya akan sangat rapuh sekali, seperti halnya yang ku alami.

Pada awal pernikahan, kami memang saling mencintai satu sama lain, apalagi kami telah berpacaran selama lima tahun, membuat kami mantap untuk masuk dan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Akan tetapi menginjak usia pernikahan kami yang pertama, semua berubah. Kami merasa tidak nyaman satu sama lain.

Entah kenapa kami semakin ragu melanjutkan mahligai rumah tangga Kami. Aku merasa tidak ada kecocokan dengan suamiku, apalagi suamiku adalah tipe lelaki yang cuek, dingin, tidak peka, gila kerja dan jarang bicara membuat hubungan kami semakin terasa hambar. Meskipun ditengah-tengah kami sudah ada putri cantik kami, tetap saja rasanya berbeda. Tak ada kehangatan diantara kami. Tak ada pelukan ataupun ciuman di pagi dan malam hari, tak ada obrolan kecil ataupun candaan diantara kami.

Semua karena suamiku gila kerja ! Bagaimana tidak? Ia berangkat dari rumah jam tujuh pagi dan pulang selalu diatas jam 10 malam. Dan itu memang benar-benar ia gunakan untuk berkutat dengan tumpukan kertas, bukan untuk bermain-main dengan wanita lain seperti yang sering ada di drama-drama.Semua itu ia lakukan terus menerus dari hari senin sampai jum’at. Weekend juga ia gunakan untuk bekerja. Waktu untuk kami, aku dan lauren hanya bisa dihitung dengan hitungan jam. Sampai pernah aku berfikir, apakah anakku mengenal sosok ayahnya? Karena minimnya intensitas pertemuan kami.

Kalian bisa bayangkan tidak betapa flatnya hidupku. Aku pikir setelah menikah aku akan bahagia seperti cerita sahabat-sahabatku, tapi nyatanya semua itu tak terjadi di kehidupan pepernikahanku. Aku lelah jika terus-terusan bertahan dengan hubungan yang hambar. pernah suatu hari aku sengaja menunggu suamiku pulang dari kantor, aku ingin meminta ia menyediakan sedikit waktu untuk kami dan meminta kejelasan mengenai komitmen yang kami bangun sejak awal saat sebelum menikah. Kalian tahu bagaimana jawabannya?

“Sayang, aku hanya ingin membahagiakan kalian, aku tak ingin kalian hidup susah.. Sudahlah sayang, aku lelah. Aku ingin istirahat” Itulah jawaban yang ia berikan.

Aku hanya bisa melongo mendengar jawaban singkatnya. Aku mendengus kesal. Apa ia pikir kebahagiaan hanya bisa diukur dengan uang eoh? Aku juga butuh kasih sayang dan perhatian juga ! Apa dia tak pernah memikirkan hal sesederhana itu? Entahlah ! Dia memang kurang peka ! Dan aku benci sifatnya itu !

Puncaknya adalah saat dua bulan nasibku digantung olehnya. Ia tak pernah pulang ataupun memberi kabar apalagi kondisiku yang tengah hamil muda membuatku semakin geram. Ku putuskan untuk melayangkan gugatan cerai kepengadilan dan sebulan kemudian kami resmi bercerai dan aku resmi menyandang status janda. Kalian tahu ia tidak menolak saat aku melayangkan gugatan cerai padannya. aku bersyukur ia tidak membuat diriku bersusah-susah untuk lepas dari ikatan kami. Mengenai hak pengasuhan anak diserahkan kepadaku karena umur Lauren yang masih balita.

Kini hanya ada aku, putri kecilku Lauren Dan janin yang tengah Ku kandung. Kini aku  tengah mengandung buah hatiku yang kedua, meski jarak usianya dengan putri pertamaku sangat dekat, yakni satu tahun aku akan berusaha semampuku untuk adil dalam memberikan kasih sayang meski aku adalah sigle parent.

Ku lihat putri kecilku tengah menguap. Mungkin ia sudah mengantuk mengingat jam sudah menunjukkan angka satu. Ku putuskan untuk menggendong tubuh mungil putriku kedalam gendonganku dan bergegas untuk pulang kerumah kami. Yang memang tak jauh dari sini.

Aku dan putriku masih tinggal di rumah yang dulu ku tempati dengan mantan suamiku. Yah, dia menyerahkan rumah ini kepada kami karena ini adalah hak lauren juga dan ia memutuskan untuk meninggalkan rumah ini. Ku dengar dari sahabatku yang kebetulan bekerja satu kantor dengan mantan suamiku bahwa seminggu lalu ia pergi ke Amerika, katanya ia mengundurkan diri dari perusahaan tempat ia bekerja. Aku sudah tak peduli dengan dirinya, sekarang fokusku adalah mengurus buah hatiku.

Aku memutuskan untuk tidak bekerja dulu sampai anak-anakku sudah bisa aku tinggal bekerja. Toh, tunjangan perceraian dan tunjangan bulanan untuk Lauren sudah lebih dari cukup untuk kami gunakan. Meskipun begitu aku juga tak boleh menggantungkan tunjangan darinya. Aku juga harus bekerja untuk diriku sendiri serta kedua anakku.

Beberapa tahun kemudian

Sepasang bocah berseragam sekolah dasar berbeda tingkat tengah berjalan beriringan di sepanjang trotoar jalanan. Sang kakak terlihat memakan lolipopnya sembari berjalan dengan menggandeng tangan adiknya. Sang adik terlihat berantakan. Seragam yang terlihat kumal dan acak-acakan, wajah yang terlihat lebam-lebam di beberapa bagian, serta celana yang sobek dan terdapat luka yang cukup besar dari sela-sela sobekan itu. sesekali terdengar suara ringisan dari bocah lelaki tersebut, ia beralan pincang karena luka yang cukup besar di lututnya.

“Ssstt,, nuna sakit..” Ringis bocah tersebut sambil memegang lututnya yang berdarah. Sang noona melirik adiknya yang sedang menahan sakit. Ia memberhentikan langkahnya dan duduk jongkok Untuk memeriksa luka di lutut adiknya. Kemudian, ia mengambil sapu tangannya Dan melipatnya menjadi empat bagian. Kemudian diikatkannya sapu tangan tersebut pada lutut sang adik.

“Aww.. Pe..lan pelannn Nuna,,,” ucap sang adik sambil meringis menahan nyeri.

“Aishh, ini sudah sangat pelan ji, kau juga sih kenapa berantem mulu kerjaanmu? sekarang Sakitkan?” Gerutu sang Nona sambil menceramahi adik lelakinya.

“Cha, selesai..” Lanjutnya Dan kembali berdiri. “Bagaimana, masih sakit eoh?” tanya lagi. Sang adik menggelengkan kepalanya. “Kau masih kuat berjalan?” Tanya sang nuna kembali. Sang adik menganggukkan kepalanya. Merekapun kembali berjalan untuk pulang kerumah.

Adik kakak tersebut adalah Lauren Dan Jian, mereka adalah kakak beradik yang terpaut jarak usia satu tahun. putra-putri dari seorang wanita bernama Seo Joohyun. Jika kalian tidak mengenal mereka mungkin kalian akan menganggap kalau jian adalah kakaknya atau bahkan kembaran lauren. Jian memang sejak kecil terlahir dengan tubuh yang tinggi dan besar seperti ayahnya, tidak seperti lauren yang memiliki tubuh yang sedikit lebih kecil dari jian.

Sejak kecil mereka selalu dididik untuk mandiri karena memang mereka hanya hidup bertiga dengan eommanya. Apalagi eommanya juga bekerja disebuah perusahaan percetakan, meskipun hanya sebagai staff biasa tapi setidaknya eommanya dapat memenuhi kebutuhan meskipun pas-pasan.

Mereka kini tinggal disebuah apartement kecil yang tak jauh dari kantor ibunya serta sekolahan mereka. Setiap pagi lauren Dan jian membantu ibunya membersihkan rumah sementara sang ibu tengah sibuk memasak makanan untuk mereka. Ibunya tak pernah menyuruh mereka untuk membantu, namun mereka sendirilah yang ingin membantu ibunya. Karena mereka tahu ibunya sudah lelah bekerja, mengurus pekerjaan rumah dan mengurus mereka.

Tanpa sepengetahuan sang ibu, Lauren dan Jian bekerja disebuah kedai kecil yang menjual makanan milik tetangganya yaitu Shin ahjumma. Wanita paruh baya yang baik hati kepada keluarga seohyun, lauren melarang Shin ahjumma memberitahukan kepada eommanya kalau dia adiknya bekerja. Lauren tak mau eommanya khawatir, dia ingin membantu eommanya. Dia tak ingin merepotkan eommanya dengan uang sekolah yang mahal. Apalagi sang eomma juga membiayai sang adik yang juga sama-sama bersekolah di sekolahan favorite yang pastinya biayanya mahal. Meskipun mereka berdua mendapatkan beasiswa karena mereka mendapatkan prestasi tapi itu tak menjamin mereka dibebaskan dari seluruh biaya sekolah. Mereka hanya diberi keringanan tidak membayar biaya bulanan atau SPP dan uang gedung sekolah. Buku-buku dan iuran-iuran mereka harus membayar sendiri.

Itulah yang membuat lauren dan Jian memiliki inisiatif untuk membantu ibunya, selain itu mereka sadar kalau mereka tak memiliki ayah yang dapat dijadikan tulang punggung keluarga seperti teman-temannya. Terkadang mereka iri terhadap teman-temannya yang memiliki orang tua lengkap dan menyayangi mereka. Bukan berarti eommanya tak menyangi dirinya dan jian, tapi Lauren sangat merindukan sosok seorang ayah yang tak pernah ia rasakan kehadirannya. Terkadang ia melamunkan bagaimana rupa sang ayah? Apakah ia tampan seperti Jian? Atau bagaimana? Ia tak pernah melihat bagaimana rupa sang ayah, karena eomma mereka tak menyimpan satupun gambar sang ayah.

Meskipun begitu, Lauren berharap suatu saat ia dan Jian dapat bertemu dengan sang ayah, meskipun itu adalah hal yang mustahil untuk saat ini karena menurut cerita sang eomma, ayahnya sekarang tinggal di belahan bumi yang jauh dari Korea.

Kembali ke pekerjaan mereka, disana mereka membantu Shin ahjumma mencuci piring, membersihkan meja ataupun mengantarkan makanan ke meja pelanggan. Mereka melakukannya dengan senang hati, apalagi Jian. Anak itu sangat bersemangat sekali, jian termasuk dalam kategori anak yang rajin dibandingkan anak laki-laki yang lain. Ia tak malu bekerja dan berkotor-kotor ria disaat teman seumuran mereka malah bermain dan bersenang-senang.

Ia akan lebih senang kalau ibu dan noonanya bahagia dari pada bermain bersama teman-temannya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya dia merasa harus bertanggung jawab dan melindungi eomma dan nunanya. Tak peduli dengan ejekan, caci makian orang dan teman-temannya mengenai keluarganya, ia sudah kebal dengan semua itu .yang terpenting bagi dirinya adalah melihat senyuman yang menghiasi bibir ibu Dan nunanya.

Jian, anak itu sedari kecil sudah harus menyimpan luka yang sangat dalam . tak peduli dirinya sakit menyimpannya yang terpenting eomma dan nunanya tidak tahu menahu mengenai hal itu. Bukan hanya luka batin yang ia terima, tak jarang luka fisik juga ia terima.

Seperti halnya Tadi, dirinya menerima banyak luka di tubuhnya itu bukan karena Tanpa sebab. Seperti biasanya teman-temannya mengerjainya dan ia tak terima ditindas begitu saja Iapun membalas dan berakhir dengan seperti bisanya. Dipanggil guru BK Dan difitnah seperti biasanya. Jian tahu tak akan ada yang membelanya. Ia hanya anak orang tak punya tak seperti teman-temannya dan juga tak punya ayah yang bisa membimbingnya.Sejak dalam kandungan ia tak pernah merasakan sosok Sang ayah, masih beruntung nunanya yang masih busa merasakan sosok sang ayah meski sebentar, tak seperti dirinya yang tak pernah merasakannya.Sungguh menyedihkan bukan hidup seorang Cho Jian. Tapi ia tak mau mengasihani nasibnya yang terlahir seperti itu. Jian berjanji suatu saat nanti ia akan meraih kesuksesan dengan otak cerdasnya dan membahagiakan ibu dan nunanya.

Saat ini dirinya dirumah sendiri karena nunanya melarang dirinya ikut bekerja karena tubuhnya penuh luka, berjalan saja ia hampir tak mampu. Apalagi kalau dipaksa untuk bekerja, bisa-bisa Jian tak bisa ikut pelajaran beberapa hari karena sakit.

Sudah dua jam Jian beristirahat setelah tadi sang nuna membantu dirinya membersihkan lukanya dan mengobatinya. Tak lupa juga sang nuna mengambilkan sup buatan sang eomma tadi pagi yang dihangatkan kembali oleh lauren dan di letakkan di meja belajar di kamar mereka agar jian tak perlu susah-susah kedapur untuk mengambilnya.

Lauren memang Nuna paling baik, ia adalah kakak yang pengertian dan sangat menyanginya, mereka tak pernah bertengkar seperti kebanyakan kakak beradik. Mereka sangat mengayomi dan melindungi satu sama lain, itulah mengapa mengapa mereka terlihat rukun.

Jian tersenyum saat melihat bingkai foto yang terpajang di dinding kamarnya dan nunanya. Disana terlihat jelas wajah bahagia ibu dan nunanya. Hati jian merasa damai dan tenang hanya dengan melihat foto ibu dan nunanya, serasa semua beban dan luka yang ia terima tak ada artinya dibandingkan dengan senyuman orang yang disayanginya.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul empat sore, ini berarti nunanya akan segera pulang. Jian pun bersiap-siap. Ia berjalan tertatih-tatih menuju dapur sambil membawa piring bekas makanannya. Sesekali terdengar ringisan dari bibirnya karena lukanya yang belum kering benar. Tangan kecil itu terampil menggosok dan membersihkan piring-piring, gelas-gelas dan panci yang kotor yang ada di dapur. Setelah selesai ia berjalan menuju sudut ruangan dapurnya mencari sapu Dan kemoceng . setelah mendapatkan sapu, iapun mulai menyapu satu persatu ruangan yang tak begitu banyak yang ada dirumanya Dan membersihkan debu yanga menempel dimeja, kursi, lemari DDLL

Saat Juan tengah mengeruk kotoran Dan debu tiba-tiba is mendengar suara pintu terbuka. Itu sudah pasti nunanya yang pulang, mana mungkin eommanya? Karena ibunya biasanya pulang jam enam petang.

“Ya tuhan Jian..! Kenapa kau membersihkan rumah?” Lauren kaget melihat jian yang sedang menyapu lantai.

“Tadikan nuna sudah bilang kalau kau harus istirahat ! Sini..! Berikan sapunya biar nuna yang membersihkan ! Dan kau sana mandi lalu istirahat !” Perintah lauren. Sedangkan jian ia terlihat cemberut. Iapun pasrah mematuhi perintah sang Nunanya, jika ia membantah urusannya bisa panjang.

“ne..” Jian menyerahkan sapunya kepada Lauren Dan pergi mengambil handuk kemudian berakhir ke kamar mandi. Lauren menggelengkan kepalanya melihat sikap adiknya yang keras kepala dan suka memaksa dirinya sendiri untuk bekerja padahal dia sedang sakit. Entah siapa yang menularkan sikap keras sang adik itu. Yang pasti itu berasal dari ayah atau ibunya. Laurenpun melanjutkan pekerjaan sang adik tak peduli lelah menderanya.

Pukul enam sore, jian Dan Lauren biasanya sedang berada dikamarnya untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan songsaengnimnya. Sesekali terdengar candaan mereka ataupun gurauan mereka tentang guru ataupun teman mereka. Sampai-sampai mereka tak menyadari kedatangan sang ibu yang menghintip dibalik celah pintu kamar mereka. Rasa lelah yang mendera badan dan pikiran seolah enyah pergi hanya dengan melihat senyuman anak-anaknya.

Seohyun bangga memiliki anak seperti Lauren dan Jian. Mereka adalah harta yang paling berharga yang dimiliki seohyun didunia ini. Seohyunpun menutup pintunya dan berbalik menuju kamarnya untuk membersihkan diri, setelah itu memanggil kedua putra putrinya untuk makan malam dan melewati malam dengan bercerita sebelum tidur.

Pagi ini,seohyun merasa ada yang aneh dengan wajah putranya yang terlihat lebam dan cara berjalannya yang aneh. Seohyunpun mendekati jian yang tengah meraih handuknya untuk mandi.

“Ji, wajahmu kenapa sayang?” Ucap seohyun sambil memegang pilingan dan pipi jian yang lebam. Sang empunya hanya bisa menunduk takut dan meringis menahan sakit saat tangan eommanya memegang lebam-lebam di wajahnya.

“Ji…”

“Eomma.. Mianhae..” Ucap jian dengan wajah menunduk tak berani menatap sang ibu. Di sudut dapur, Lauren memandang kasihan kepada adiknya. Tapi ia tak bisa membantu apa-apa.

“Aigo.. Kali ini siapa yang melakukannya?” Tanya seohyun lembut agar jian tidak merasa takut meskipun dalam hatinya ia mengutuk siapa saja yang berani melukai anaknya.

Jian menggelengkan kepalanya. “Jian, eomma tidak akan memarahi Jian kalau memang jian tidak bersalah, eomma hanya ingin tahu saja sayang..” Ucap seohyun sambil mengelus lembut kepala jian.

Jian masih tetap diam tak bergeming. “Apa perlu eomma datang kesekolah jian dan bertanya pada songsaengnimnya jian eoh?”

“Jangannn..!” Cegah Jian. Seohyun mengangkat alisnya. “Dongsuk yang melakukannya..” Aku jian akhirnya.

“Dia lagi? Ya tuhan, anak itu…!” Seohyun mendesah frustasi. Lagi-lagi bocah yang bernama dongsuk mengganggu putranya. Ia tak habis pikir dengan bocah itu. Kenapa ia tidak jera membuat anaknya menderita?

“Sekarang jian mandi, nanti eomma akan bicara dengan songsaengnim..” Jian menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. Seohyun memicingkan matanya.

‘Wae?”

“Songsaengnim tidak akan percaya eomma, dongsuk selalu membolak-balikkan fakta, biarkanlah saja eomma…Jian tidak apa-apa kok..” Putus jian.

“Tapi ji.. Eomma tidak bisa membiarkan anak eomma selalu tersiksa seperti ini? Lihatlah wajahmu ! Lututmu ! Bahkan lukamu yang kemarin saja belum sembuh, sekarang ditambah luka baru lagi..! Apa perlu eomma memindahkanmu kesekolahan yang baru sayang?” Tanya seohyun. Ia merasa menjadi ibu yang gagal karena tak bisa menjaga anaknya.

Jian menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu eomma, Jian janji tidak akan nakal lagi !”

“Tapi..” Jian mencium pipi ibunya. “Eomma, jian janji gak akan meladeni dongsuk lagi.. Percaya deh…” Ucap Juan sambil tersenyum memamerkan deretan Gigi Putih yang rapi. Seohyun mengelus kepala jian lembut.

“Baiklah eomma percaya, tapi nanti kalau ada teman ji yang berulah eomma tidak akan segan-segan kesekolah..! Sekarang Ji mandi dulu..” Ucap seohyun sambil menyampirkan handuk berwarna biru ke pundak jian. Jianpun berlalu pergi.

Seohyun melangkahkan kakinya menuju meja makan. Dilihatnya meja makan itu sudah terisi makanan untuk sarapan. Seohyun tersenyum, ini pasti Lauren yang menaruh dan menata semua piring dan makanan yang ada dimeja. Ia menatap putrinya yang sudah rapi mengenakan seragam sambil menutup kotak bekal miliknya di dapur. Seohyun akui putrinya itu sangat rajin Dan ia bersyukur akan itu.

“Lauren..” Panggil seohyun.

“Ya eomma ” lauren mendongak menatap ibunya.

“Terima kasih..” Ucap seohyun Sambil menyunggingkan senyuman Manis untuk putrrinya . Lauren mengangguk Dan membalas senyuman ibunya.

****

Lauren membolak-balikkan buku pelajaran yang ia baca sambil memakan bekal yang dibuat sang ibu. Sekarang sudah masuk waktu istirahat. Lauren memang tak pernah jajan di kantin, selain karena harganya yang mahal, ia merasa masakan ibunya lebih enak. Biasanya uang sakunya ia kumpulkan untuk ia tabung, begitu pula dengan Jian.

Disisi lain, seorang yeoja seumuran lauren yang juga teman sekelas lauren tengah berjalan mendekat kearah bangku lauren. Ia menarik sebuah kursi didepan lauren dan membalikkannya kearah lauren.

“Hai lauren..” Sapa gadis cilik itu. Lauren mendongak dan tersenyum menatap temannya itu.

“Hai cristina..”

“Kau sedang membaca apa laurennie?”

“Ahh aku sedang membaca buku pelajaran ini..”

“Ohh, pantas saja kau sangat pintar. Kau selalu belajar sih. mm lauren..”

“Kau terlalu berlebihan.. Kau mau?” Lauren Menawarkan bekalnya pads Cristina.

“Ahh, terima kasih. Lauren, kamu mau tidak mengajariku tentang pelajaran-pelajaran yang diajarkan songsaengnim? Kau tahu, aku tak begitu paham dengan keterangan yang diberikan songsaengnim maupun guru les privatku.” Curhat cristina.

Yah, cristina adalah salah satu teman lauren. Ia adalah anak dari pemilik sekolah ini. Cristina pernah bercerita kalau ibunya menikah lagi dengan seseorang dari Amerika, yaitu pemilik sekolah ini dua tahun lalu. Cristina bercerita kalau ayah tirinya itu sangat menyayanginya seperti anak kandungnya. Yah, Cristina adalah anak tunggal. Dia tak memiliki kakak ataupun adik. Dia bilang, eommanya tak bisa memberinya adik. Maka dari itu cristina merasa kecewa dan sedih, sehingga ia lebih pendiam dan tak memiliki banyak teman. Hanya lauren yang bisa membuat Cristina nyaman Dan banyak berbicara.

“bagaimana laurennie? Kau maukan?”

“Bagaimana ya cris.. Sebenarnya aku mau, tapi sepulang sekolah aku harus bekerja..” Ucap lauren sedih.

“Bagaima dengan hari minggu? Kau pasti bisakan?”

“Okey, hari minggu jam sembilan bagaimana?”

“Setuju, nanti aku akan mengirimkan supir untuk menjemputmu. Kalau kau tak keberatan, ajaklah Jian..  Kita belajar bersama, pasti menyenangkan.” Ungkap Cristina dengan wajah berbinar.

“Okey, nanti Ku ajak Jian. Anak itu pastI senang.”

“Aku tunggu kedatangan kalian..”

****

Hari minggu tiba, Seohyun yang sudah rapi dengan baju rumahnya. Ia tengah sibuk mencuci tumpukan pakaian yang sudah tiga hari belum dicucinya. Seohyun menuangkan deterjen kedalam bak yang berisi air. Lalu mencelupkan satu persatu pakaiannya dan juga anak-anaknya. Sebelum itu ia mengenakan sarung tangan agar tanganya tidak kasar karena deterjen.

Sedangkan Lauren tengah sibuk menyiapkan buku-buku yang akan ia ajarkan pada Cristina. Hari ini ia akan mulai mengajari Cristina, sebelumnya Lauren sudah meminta ijin kepada ibunya untuk pergi kerumah cristina.

Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar, laurenpun bergegas untuk membukakan pintu. Dilihatnya seorang pria paruh baya berpakaian jas tengah Tersenyum padanya.

“Nona Cho Lauren?” Lauren mengangguk.

“Anda sudah ditunggu Nona Cristina..” Jelas lelaki tersebut.

“Baiklah, tunggu sebentar..” Lauren berlari ke kamar mandi mencari ibunya dan pamit. Lalu ia memangil Jian dan menyuruhnya untuk bergegas.

Lima belas menit sudah perjalanan mereka kerumah Cristina, kini mereka sudah sampai dihalaman rumah Cristina yang begitu besar. Lauren dan Jian ternganga kagum melihat keindahan rumah Cristina yang sudah seperti istana.

Lauren dan Jian digiring menuju sebuah kamar yang diyakininya milik cristina. Sampai di dalam, lauren terkagum-kagum melihat kamar cristina yang dipenuhi hiasan princess dan koleksi bonekanya yang banyak dan terpajang rapi di lemari. Lauren menggelengkan kepalanya. Bagaimana tidak, luas kamar Cristina itu seperempat atau bahkn seperlima luas kamarnya dan Jian, karena sangking luasnya.

Lauren dan jian masih mengagumi keindahan kamar Cristina sampai tidak menyadari kedatangan sosok dibelakangnya.

“Crissie sayang, apakah ini temanmu?” Tanya seseorang yang ada disamping Cristina.

“Nde appa, kenalkan ini Cho Lauren dan Cho Jian..” Ucap Cristina memperkenalkan lauren Dan Jian pada orang yang ada disampingnya. “Lauren, Jian.. Ini appaku, Cho Kyuhyun..”

“Salam kenal ahjussi..” ucap lauren dan jian berbarengan.

“Kalian kembar?” Tanya ayah cristina saat melihat lauren dan jian. Sontak Lauren maupun Jian menggelengkan keplanya.

“Ahh, tidak ahjussi, kami bukan kembar. Kami berbeda satu tahun jadi banyak yang mengira kami kembar.. Says kakak Jian” Ungkap lauren.

“Oh, baiklah selamat belajar. Crissie sayang, belajar yang rajin ne? Jangan kecewakan appa ! Oke princess?” Ucap ayah Cristina sambil mencium media pipi putri tirinya itu.

Melihat kejadian itu, hati Lauren maupun jian seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Entah kenapa mereka merasa iri terhadap cristina yang memiliki ayah tiri yang begitu menyayanginya meskipun bukan ayah kandungnya.

Sedangkan mereka? Mereka tak pernah sekalipun merasakan bagaimana rasanya di peluk dan dicium ayah mereka, cristina sangat beruntung sekali memiliki ayah tiri yang seperti itu.

disisi lain, kyuhyun merasa ada yang aneh dalam hatinya, entah kenapa saat melihat kedua anak tadi hatinya berdesir hebat. Apakah ini karena ia iba melihat kedua anak tersebut? Ataukah ada yang lain? Ia tak tahu, tapi saat cristina mengenalkan anak perempuan itu jantungnya seperti mencelos keluar. Memorinya teringat kepada putrinya. Putri kecilnya yang ia tinggalkan bersama mantan istrinya terdahulu. lauren, entah takdir atau apa nama bocah itu bisa sama denagn anma putrinya. Bahkan marganya juga sama. nama itu selalu membayanginya membuat penyesalan terhadap perbuatannya dahulu yang menyia-nyiakan anak dan istrinya.

Itulah mengapa saat ini kyuhyun sanagt menyayangi Cristina seperti anak kandungnya sendiri. Itu karena rasa bersalahnya pada anaknya. Sudah lama sekali ia tak pernah bertemu lagi dengan putri kecilnya semenjak percerainnya dengan istrinya dulu. Ia merindukan putri kecilnya itu, bahkan ia sudah mencari keberadaan anaknya itu sudah lama, sudah hampir tiga tahun namun tak ada satupun petunjuk yang bisa mengarahkan kemana mantan istrinya membawa anaknya pergi.

Kyuhyun menelungkupkan Wajahnya di kedua telapak tangannnya sampai tidak menyadari kedatangan ayah Dan ibunya.

“Kyu, kau kenapa? Apa ada masalah?”

“Ahh tidak eomma, aku baik-baik saja.”

“Ohh, oh ya cristina tadi bilang kalau hari ini temannya datang untuk belajar bersama, apakah mereka sudah datang?”

“Ne, mereka sudah datang dari tadi.”

“Mmm,, eomma merasa kasihan pada mereka kyu..”

“Mwo? Kenapa eomma?”

“Cristina pernah bercerita bahwa temannya itu tidak memiliki ayah, ayahnya pergi meninggalkan mereka saat mereka masih sangat kecil. Bahkan adiknya masih dalam kandungan. Kau tahu kyu, mereka bahkan bekerja disebuah kedai kecil dekat rumah mereka saat sepulang sekolah, bahkan eomma mereka talk tahu kalau mereka bekerja. Cristina bilang mereka ingin membantu eommanya yang hanya bekerja sebagai staff biasa di perusahaan percetakan. Kau bisa membayangkan berapa gajinya? Eomma rasa gajinya tak akan cukup untuk mereka makan dan membiayai sekolah-sekolah mereka yang mahal. Untungnya mereka pandai dan mendapatkan beasiswa..” Jelas Ny. Cho Sambil menarik nafas panjangnya.

“eomma merasa kasihan pada bocah itu, anak sekecil itu harus bekerja membanting tulang untuk membantu ibunya. Eomma tak bisa membayangkan kalau hal itu sampai terjadi pada cucu eomma. Eomma mengituk lelaki itu, Lelaki itu sungguh tak bertanggung jawab ! Eomma harap kau tidak pernah melakukan hal itu kyu..” Ucap sang eomma mewanti-wanti. jantung kyuhyun bagai terhunus pedang tajam. Entah kenapa ia merasa tersindir dengan ucapan ibunya itu.

“Ah nde eomma..”

“Kyu, apakah Sudah ada kabar mengenai Lauren?” Tanya ibu Kyuhyun.

“Belum ada eomma..” Ujar Kyuhyun pasrah.

“Ya sudah,eomma do’akan agar kau cepat kembali bertemu dengan cucu eomma itu..”

“Terima kasih eomma..” Kyuhyun memeluk ibunya mencari sebuah ketenangan disana. Dipelukan hangat sang ibu.

****TBC****

Sorry for typo…
Part selanjutnya saya protect so, give your like and comment 🙂

124 thoughts on “We Can Live Without You (1/2)

  1. Howdy ԝould you mind sharing ѡhich blog platform yоu’гe using?
    І’m going to start mү own blog inn the near future Ƅut I’m having a
    hɑrԁ time makіng a decision between BlogEngine/Wordpress/B2evolution and Drupal.
    The reason I ask іѕ Ьecause your layout sеems different then most bloogs and I’m l᧐oking fߋr something unique.
    P.S Apologies fоr beіng off-topic but I had tо ask!

Leave a reply to bluesky Cancel reply